Sesungguhnya makna apa yang terkandung dari tiga kata yang merupakan semboyan negara dari pendiri bangsa. Singkatnya berbeda beda tapi tetap satu, berbeda suku, bahasa dan agama yang terbingkai dalam satu Sebutan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 17 agustus 1945 memproklamirkan kemerdekaan bertanda tangan soekarno hatta, bukan hal mudah atas usaha yg mereka lakukan demi keluar dari belenggu penjajahan. Beragam versi sejarah yang menjelaskan tentang sejarah NKRI mulai dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai 17 agustus 2015. Berusia 70 tahun bukanlah usia yg masih mau belajar jika diukur dari usia manusia, tapi lebih dari usia yang matang dalam hal pikiran. Apakah warga negaranya sudah memiliki pikiran itu? Bukan lagi bhineka tunggal ika yang seharusnya menjadi semboyan pengikat warga NKRI untuk kuat, bersatu dan lebih maju. Tetapi telah hadir suatu istilah minoritas dan mayoritas yang mengaburkan bhineka tunggal ika dengan segala implementasinya yang sudah tidak mencerminkan bhineka tunggal ika. Mulai muncul istilah mayoritas dan minoritas dimana memunculkan berbagai tanda tanya terhadap perlakuan terhadap minoritas. Apakah minoritas mendapatkan perlakuan yang sama dengan mayoritas? Antara saudara saling menindas apalagi kalau bukan, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Seperti inikah berbeda-beda tetap satu? Mereka mengorbangkan waktu, tenaga dan materi demi satu kata MERDEKA dari penjajahan dan tak menginginkan generasi selanjutnya merasakan hal yang sama. Perjuangan mereka bukanlah hal mudah demi apa yang kita rasakan saat ini. Melupakan sejarah apalagi tak menghargai sama sekali merupakan suatu bentuk penghianatan. JASMERAH itu kata beliau SOEKARNO sang pendiri NKRI. Hanya mampu membaca kisah negara ini dibangun dengan semangat berapi-api demi keluar dari belenggu penjajahan. Sekali lagi JASMERAH!
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIAKU YANG KE-70.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar